Kesantunan Dalam Bermedia Sosial
tulisan ini di Publish di Islamsantun.org pada 12 April 2019
Di era sekarang, nilai kesantunan dalam
bertindak tutur atau berkomunikasi sudah memudar. Komunikasi melalui
media, khususnya gadged telah mengembangkan fungsi sosial, teknis,
dan komunikatifnya dalam kehidupan sehari – hari manusia. Saat ini, hampir di
semua aspek kehidupan manusia yang terjadi dipengaruhi oleh komunikasi melalui
ponsel. Meskipun ponsel pada awalnya dikembangkan untuk tujuan lisan, tetapi
dalam pengaplikasiannya ponsel juga digunakan untuk tujuan tertulis, seperti
berbagi pengetahuan, pengalaman, dan berbisnis melalui media sosial.
Bermula dari media sosial Geocities,
sixdegree.com, blogger, Friendster, Myspace, Google Plus, linked in, facebook, twitter, dan instagram (www.bigcommerce.com), memicu banyak perubahan manusia dalam
bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia dan untuk mencari teman baru,
pasangan hidup, berbisnis, bahkan berpolitik. Dalam perkembangannya, orang yang
berkomunikasi melalui media sosial sering mengabaikan nilai – nilai kesopanan
atau kesantunan berbahasa.
Dalam berkomunikasi, seseorang perlu mengaplikasikan
penggunaan bahasa dengan baik. Bahasa digunakan untuk mencari informasi
ataupun memberikan informasi kepada orang lain. Media sosial menjadi salah
satu media atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan hiburan.
Namun, sayangnya facebook dan instagram sangat rentan terhadap penyebaran
berita hoaks atau berita bohong. Kita sebagai generasi muda seharusnya dapat
memilah mana informasi yang benar dan tidak dengan mem-filter terlebih dahulu informasi yang kita dapat
sebelum membagikannya ke teman yang lain.
Dalam hal ini, kesantunan sangat diperlukan dalam
berkomunikasi dengan orang lain, terutama kesantunan dalam bermedia sosial.
Kenapa kesantunan? karena saat ini nilai kesantunan dalam berkomunikasi sudah
mulai memudar. Orang-orang lebih suka menyebar berita tidak benar/ hoax
melalui dan ujaran kebencian di media sosial. Sebagai contoh, kasus Body Shaming yang menimpa Dian Nitami, istri
Anjasmara. Sebuah akun instagram @corissa.putrie
berkomentar tidak sopan kepada Dian nitami. @corissa putrie mengatakan bahwa
Dian Nitami memiliki hidung yang jelang “Melar banget, jempol kaki juga bisa
masuk”, selain berkomentar tidak baik, akun tersebut juga menyarankan agar Dian
Nitami melakukan operasi, “ katanya artis, masa buat perbaiki hidung tidak ada
duit, waduh”.
Kasus
diatas menimbulkan sedikit kegaduhan meskipun hanya lewat media sosial.
Terbukti bahwa setelah kejadian itu, akun yang melakukan body shaming dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan
pada 2 Januari 2019. (Sumber: Tempo.co)
Selain itu, kepolisian daerah Jawa Timur dengan tim cyber Polda Jawa timur membongkar 32 akun media
sosial penyebar berita bohong terkait pilpres 2019. Salah satunya yaitu berita
mengenai puluhan juta warga Tiongkok masuk dalam daftar pemilih tetap pemilu
2019 (Sumber: www.beritasatu.com).
Kasus-kasus di atas menjadi
pembelajaran bagi kita agar selalu menerapkan sikap santun dalam segala situasi
apapun, terutama dalam bermedia sosial. Sebelum membagikan informasi, alangkah
lebih baik jika kita cermati dan telaah informasi terlebih dahulu. Setelah itu,
cari sumbernya dan saring informasi terlebih dahulu, apakah informasi
mengandung isu SARA ujaran kebencian lainnya. Jika ada informasi yang belum
jelas sumbernya, jangan dibagikan karena saat ini banyak dari kita yang tidak
sadar dan diperdaya oleh informasi yang belum jelas. Sehingga membuat kita
semua mudah untuk membenci satu dengan yang lainnya. Mari bersikap santun
dalam bermedsos!
Posting Komentar untuk "Kesantunan Dalam Bermedia Sosial"