Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yuk Kenali Penyakit Kuning Pada Bayi Baru Lahir

Bayi sulit minum dot
Ilustari bayi minum ASI lewat botol dot

Bermula dari curhatan teman

Hai kawan-kawan, hari ini saya akan berbagi pengalaman mengenai hiperbilirubin. Bermula dari chattingan Whatsapp dengan teman saya terkait ketidakmauan anaknya minum dot, temen saya bertanya tentang Ziyan, anak saya, saat awal pemberian ASI melalui botol dot, apakah pernah ada penolakan dari Ziyan? Kalau tidak ada, bagaimana bisa kok tidak ada penolakan? Awal mulanya bagaimana?

Kemudian saya bercerita pengalaman pertama Ziyan minum ASI melalui botol dot. Jadi, tiga hari setelah Ziyan lahir, tubuhnya tampak kuning. Ziyan terlahir di Rumah Sakit, jadi 3 hari pertama setelah Ziyan dilahirkan, ada Dokter Spesialis Anak (DSA) yang mengecek kondisinya. Sembari mengecek kondisi Baby Zi, saya bertanya ke DSA terkait tubuh Ziyan yang mulai tampak kuning. Akhirnya Dokter Spesialis Anak memutuskan untuk mengecek kadar bilirubin pada tubuh Ziyan dengan cara mengambil sampel darah dari tubuhnya.

Bayi newborn
Baby Ziyan usia 3 hari

Sembari menunggu 4 jam, hasil laboratorium pun keluar, dan kadar bilirubin Ziyan 11 mg. Normalnya, kadar bilirubin pada tubuh seseorang adalah 10 mg. Jadi, pada kasus ini disebut Hiperbilirubin atau ikterik neonatorum (Kadar Bilirubin yang tinggi dalam darah new born). Sebelum melanjutkan cerita, kita cari tahu dulu yuk tentang Bilirubin.

Apa sih yang menyebabkan hiperbilirubin?

Bisa disebut hiperbilirubin, karena tingginya kadar bilirubin di bawah kulit bayi. Hal itu bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:

  • ABO inkompabilitas (Apabila Ibu bayi mempunyai golongan darah O, golongan darah Ayah non O, dan golongan darah anaknya non O) maka, terlihat kuning pada bayi di 24 jam pertama setelah kelahiran.
  • Perbedaan resus, misalnya ibunya asli Indonesia, ayahnya berasal dari luar negeri

Biasanya, kuning itu terjadi pada bayi yang berusia 4 sampai 5 hari yang disebabkan oleh pemecahan hemoglobin ibu di badan bayi, kemudian sumsum tulang bayi mulai membuat hemoglobin sendiri. Sehingga pecahnya darah ibu di bayi itu yang bisa menimbulkan kuning.

Kuning tersebut akan dibuang melalui feses dan urin. Oleh karena itu, bayi harus diberi minum atau ASI yang lebih banyak. Apabila bilirubin terlalu tinggi, bilirubin bisa masuk ke dalam otak sehingga bisa menyebabkan bayi menjadi kejang dan sesak nafas. Kemudian bayi tampak tidur dan malas menyusu. 

Angka bilirubin tergantung dari usia bayi, jadi bayi usia 24 jam batas bilirubinnya tidak bisa disamakan dengan bayi yang usianya 5 hari. Selain itu, angka bilirubin juga tergantung dari berat badan bayi. Jadi, nanti dokter yang akan memutuskan langkah yang tepat pada bayi yang terindikasi hiperbilirubin, apakah bayi akan difototerapi atau bisa dilakukan rawat jalan.

Apakah menjemur bayi kuning bisa mengurangi gejala hiperbilirubin?

Menjemur bayi tidak bisa langsung menurunkan kadar kuningnya karena adanya perbedaan sinar UV yang digunakan untuk terapi sinar dan gelombang dari sinar matahari. Jadi sinar matahari tidak bisa mengubah kulit menjadi tidak kuning. Apabila bayi dijemur untuk mendapatkan vitamin D, bayi akan merasa hangat sehingga bayi akan minum ASI lebih banyak. Tidak ada acara lain yang pasti selain memberikan ASI pada si kecil. Untuk mengendalikan kadar bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan pemberian ASI sedini mungkin.

Penyakit kuning ada hubungannya dengan pemberian ASI yang tidak adekuat. Berdasarkan Penelitian dari Sukanya Kankaew, RN, MNS, Tipawan Daramas, RN, PhD , Autchareeya Patoomwan, RN, PhD yang diterbitkan dalam The Bangkok Medical Journal Vol. 15, No. 2; September 2019 disebutkan bahwa, selama dua minggu pertama hidup, 85% bayi yang lahir terindikasi bayi kuning atau hiperbilirubin yang disebabkan oleh kurangnya pemberian ASI secara efektif. Keefektifan ini meliputi frekuensi, durasi, serta tata cara pemberian ASI yang benar.

Pemberian ASI pada bayi dianjurkan 2-3 jam sekali atau 8-12 kali dalam sehari untuk beberapa hari pertama. Pemberian ASI tersebut untuk mengantisipasi menurunnya asupan kalori pada hari-hari awal kehidupan bayi. Sehingga belum terpenuhinya kebutuhan nutrisi (ASI) dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat menyebabkan terjadinya hiperbilirubin atau bayi kuning.

 

Direct Breastfeeding bayi
DBF bareng baby Zi

Gimana kawan-kawan, pembahasannya agak berat yah?

Ehehe, saya lanjutkan yaa cerita pengalaman Ziyan pertama kali minum ASI pakai botol dot.

Jadi, setelah Ziyan terindikasi Hiperbilirubin, dokter langsung memutuskan untuk melakukan fototerapi pada Ziyan selama 24 jam di ruang Perinatologi. Kebayang nggak Moms, anak baru lahir, usianya baru 3 hari dan saya sudah harus berpisah dengan Ziyan selama 24 jam. Seketika pecah Moms, hiks, yang boleh masuk melihat kondisi bayi di dalam ruang Perinatologi hanya 1 orang, yaitu saya sebagai Ibu kandung dari Ziyan. Ayah dan keluarga yang lain hanya boleh melihat dari jendela diluar ruangan.

Selain itu, saya sebagai Ibunya tidak boleh melakukan Direct Breastfeeding (DBF) agar proses fototerapi tetap berjalan efektif. Jadi, setiap 3 jam sekali, saya memberikan ASI perah saya kepada perawat untuk kemudian diletakkan di dalam botol dot. Karena pada hari keempat ASI saya baru keluar 30ml sela waktu 3 jam, dengan indikasi medis.. dokter membolehkan untuk memberikan susu formula sebagai asupan tambahan untuk Baby Zi.

Nah, sejak itu Ziyan mulai mengenal minum ASI menggunakan Botol dot. Alhamdulillah sampai sekarang, ketika saya bekerja Ziyan tetap mau untuk minum ASI dari botol dot. Namun demikian, saya tetap melaksanakan Direct Breastfeeding (DBF) dong, agar ASI tetap berproduksi. 

Sumber:
Sukanya Kankaew, RN, MNS, Tipawan Daramas, RN, PhD , Autchareeya Patoomwan, RN, PhD ,The Bangkok Medical Journal Vol. 15, No. 2; September 2019 Frequency of Breastfeeding, Bilirubin Levels, and Re-admission for Jaundice in Neonates.

Posting Komentar untuk "Yuk Kenali Penyakit Kuning Pada Bayi Baru Lahir"