Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bangun Rumah Sendiri atau Tinggal Bareng Orang Tua?

Ilustrasi desain rumah

Membangun rumah itu menjadi tantangan baru dalam pernikahan. Hubungan dengan pasangan juga terasa teruji. Mulai dari planning rumah, menyamakan keinginan, pembagian tugas, sampai manajemen emosi. Jadi, perjalanannya gak semulus yang dibayangkan, tapi juga gak sesulit itu. Yang jelas ada challenge-nya.

Alasan setelah menikah tinggal di rumah sendiri

Project membangun rumah ini sudah ada sejak setelah kami menikah. Setelah dikaruniai anak, kalau bisa kami sudah punya rumah sendiri. Sebab, saya dan suami itu tipikal orang yang “pekewuhan” meskipun dengan keluarga sendiri. Tepat 2 tahun pernikahan kami, 8 Desember 2022, suami sudah mulai membuat desain rumah ala kadarnya (desain manual menggunakan penggaris) dengan melihat referensi dari Youtube. Hehehe

Seiring berjalannya waktu, suami mulai berkonsultasi dengan rekan kerjanya yang merupakan teknik sipil terkait tata ruang, rincian anggaran belanja, dan sebagainya. Saat itu, kami belum berani menceritakan hal ini kepada keluarga terdekat. Sebab, rencana kami belum sepenuhnya matang. Setelah melewati banyak challenge, salah satunya yaitu restu dari keluarga terdekat. Sebab, rencana apapun itu jika tidak ada restu dari keluarga, hidup mungkin tidak akan tenang. Alhamdulillah, di usia anak ke-18 bulan, kami memutuskan untuk membangun rumah.

Setiap pilihan tempat tinggal ada plus minusnya. Mau tinggal bersama orang tua, atau mau membangun rumah sendiri. Pilihan yang terbaik tergantung preferensi dan kebutuhan masing-masing. Kalau kami, lebih memilih untuk tidak tinggal bersama orang tua. Pilihan untuk tinggal bersama pasangan dan tidak bersama orangtua setelah menikah. Selain melatih kita untuk hidup mandiri, tujuannya juga untuk bisa menjalani pernikahan berdua, tumbuh bersama mandiri untuk membina keluarga dengan 'cara' kami sendiri.

Untuk membangun rumah butuh perhitungan budget yang terukur, disiplin dalam memakai budget dan anggaran biar keuangan aman dan hasilnya sesuai yang diinginkan.

Bangun Rumah: Ujian buat hubungan

Saat membangun rumah, hubungan dengan pasangan bisa teruji. Mulai dari planning rumahnya, menyamakan persepsi, pembagian tugas, sampai manajemen emosi. Bangun rumah ini bisa dikatakan sebagai perjuangan bersama. Sesuai dengan timeline apa enggak, budgetnya bagaimana?  masih ada nggak? setelah rumahnya jadi, gimana maintenance nya? Biaya listrik dan airnya bagaimana? banyak banget hal yang berjuangnya bukan hanya masalah relationship aja, tetapi keseluruhan. Jadi, bisa dianggap membangun rumah itu benar-benar next level dalam pernikahan.

Setiap pernikahan itu adalah suatu pembelajaran. Proses seperti punya anak, bangun rumah, bangun usaha jadi pembelajaran dan project bersama yang membuat hubungan tidak membosankan.

Tips buat pasangan yang lagi berjuang membangun rumah

1.  Minta restu kepada kedua keluarga. Karena bagaimanapun, doa restu dan keridlaan hati bapak-ibu dapat berpengaruh terhadap kelancaran pembangunan rumah kita.

2. Yakinkan bahwa membangun rumah itu benar-benar kemauan bersama. Mulai dari pembuatan desain, interior, penataan ruang harus dikomunikasikan bersama. Contoh kecilnya, istri mau membuat rumah yang sederhana sesuai dengan budget yang dimiliki, tetapi suami ingin membuat rumah yang lebih besar. Kalau kemauan suami tetap dilanjutkan, itu bahaya. Sebab kalau tidak bisa melanjutkan pembangunan, nanti jadinya bonyos.  Nah, kalau sudah seperti itu, perlu diobrolkan lagi bersama, diyakinkan kembali untuk diambil keputusan yang paling sesuai. Sehingga, hidup ke depannya akan lebih nyaman dan tidak ada rasa mengganjal di hati.

3. Harus tahu diri sendiri, sadar dengan kemampuan finansial maupun emosi. Karena membangun rumah itu dapat menguras emosi dan secara tidak langsung dapat mengenal diri sendiri. Kita itu orangnya gimana, disiplin uang apa tidak, apa boros banget. Jadi hati-hati, bangun rumah dari nol itu sumber boros, tiba-tiba nemu sesuatu yang lebih bagus itu pasti ada. Penting bagi kita untuk benar-benar perlu tahu kita itu seperti apa dan maunya seperti apa.

4. Ada peran masing-masing dalam bikin project bangun rumah. Berbagi tugas dengan pasangan. Entah suami kasih ide, istri yang eksekusi. Kalau misalkan yang suami nyari duit, yang istri mengatur keuangan dengan ketat tetapi tidak merubah anggaran kebutuhan bulanan.

5.  Tetap sabar, tenang dan fokus dalam lingkaran kendali. Omongan orang lain di luar sana tidak bisa kita kendalikan. Yang bisa kita kontrol adalah cara kita meresponnya. Pastikan kalau kamu tidak mau mendapat komentar buruk dari orang lain, kamu juga jangan menyinggung orang lain yaa..

Posting Komentar untuk "Bangun Rumah Sendiri atau Tinggal Bareng Orang Tua?"