Perjalanan Toilet Training Ziyan: Tantangan, Kesabaran, dan Keberhasilan
Halo semua, sudah lama saya ingin menulis terkait pengalaman toilet training si kecil, tetapi baru ini kesampaian. Sedikit cerita bagaimana si kecil kami biasakan untuk buang air kecil dan besar di kamar mandi, bukan di popok lagi.
Memulai Toilet Training
Hal yang paling utama untuk memulai toilet training adalah kesiapan orang tua. Orang tua harus melatih dan membiasakan anak untuk bilang ke orang tua apabila anak ingin pipis atau pup. Selain itu, orang tua juga harus siap apabila pada saat proses toilet training ada kejadian-kejadian yang menguras tenaga. Misalnya anak mengompol di kasur, di karpet, di lantai hingga akhirnya orangtua yang harus membersihkan bekas pipisnya.
Alhamdulillah, Ziyan sudah bisa mengucapkan beberapa kata pada saat usia satu tahun. Setiap Ziyan di kamar mandi, kami (Bapak-Ibu Ziyan) selalu memberitahu Ziyan kalau ini namanya pipis, ini namanya pup/eek. Kalau mau pipis atau pup, harus bilang sama Bapak-Ibu dan pergi ke kamar mandi. Hingga pada akhirnya, pada saat Ziyan usia delapan belas bulan, dia sudah bisa, mampu dan mau bilang kalau dia ingin pup. Pas tak ajak ke kamar mandi, memang dia benar pup. Meskipun usia delapan belas bulannya masih pakai pampers, Ziyan tetap tidak buang air besar di pampers, melainkan minta copot pampers dan langsung ke kamar mandi.
Memasuki dua puluh empat bulannya, kami rasa sudah saatnya Ziyan copot pampers. Saya kepikiran kalau ingin membeli sprei waterproof untuk toilet trainingnya. Sudah memilih motif dan memasukkannya ke dalam keranjang. Harganya cukup mahal sehingga tidak jadi ter checkout alias mangkrak di keranjang oranye hahaha. Sebelum memulai toilet training, aku harus siap atas segala konsekuensinya. Dalam arti, aku harus siap membersihkan pipis Ziyan dimana pun tanpa merasa kesal dan marah padanya.
Tantangan Yang Dihadapi dan Strategi yang Berhasil diterapkan
Toilet training itu ternyata nggak sesulit yang kami bayangkan. Harus ada kesiapan antara orang tua dan anak. Salah satu cara yang saya terapkan dan cukup efektif adalah membiasakan anak ke kamar mandi setiap dua jam sekali. Kenapa setiap dua jam? Karena di usia balita, anak belum bisa sepenuhnya mengenali sinyal tubuhnya. Kadang-kadang dia baru sadar ingin pipis saat sudah pipis.
Jadi, saya mulai membuat jadwal rutin. Setiap dua jam, saya ajak dia ke kamar mandi, walaupun dia bilang nggak mau atau merasa nggak butuh. Tujuannya bukan memaksa dia buang air, tapi supaya dia terbiasa dengan prosesnya dan mengenali sensasi pipis itu sendiri. Kami ingin dia paham,
“Oh, ternyata rasanya seperti ini waktu pipis.”
Bagaimana kalau malam hari? apakah tetap dipakaikan pampers? jawabannya tetap saja tidak dong.
Kami memang sudah sepakat dari awal, kalau mau toilet training, ya jangan setengah-setengah. Jadi, begitu kami mulai, pampers langsung kami lepas total termasuk saat malam hari. Rasanya agak deg-degan sih, apalagi membayangkan kemungkinan "kebocoran" di tengah malam. Tapi prinsip kami, kalau mau anak belajar, ya harus sekalian.
Tentu kami tetap pakai perlak di kasur sebagai antisipasi. Namanya juga proses belajar, pasti ada kalanya kelepasan. Tapi alhamdulillah, si kecil ternyata lebih siap dari yang kami duga. Setiap kali ingin pipis di malam hari, dia bangunin kami. Kadang dengan suara pelan, kadang sambil menggoyang bahu kami "Buk.., Ziyan nyuwun pipis...".
Momen-momen kecil seperti itu yang membuat kami terharu. Ternyata Ziyan mulai mengenali tubuhnya sendiri, dan mau berusaha. Prosesnya nggak instan, tapi perlahan-lahan, kami lihat kemajuan yang nyata.
Lama-lama, rutinitas ini jadi kebiasaan. Ziyan mulai bisa mengenali kapan dia harus ke toilet, dan lebih jarang ngompol. Kuncinya di sini adalah konsistensi dan kesabaran. Kadang berhasil, kadang gagal. Tapi yang penting, terus tetap didampingi dan diberi semangat. Jangan lupa kasih pujian setiap kali dia berhasil sekecil apa pun keberhasilannya.
Toilet training bukan perlombaan, tapi proses belajar. Dan setiap anak punya waktunya sendiri.
Kesimpulan
Toilet training memang bukan proses yang mudah, tapi juga bukan hal yang menakutkan. Kuncinya adalah kesiapan orang tua dan anak, komunikasi yang jelas, serta konsistensi dalam membentuk kebiasaan. Jangan takut dengan "kebocoran/mengompol" selama proses itu adalah bagian dari belajar. Yang penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan tenang dan penuh dukungan.
Tips Toilet Training Versi Emak Ziyan
2. Ajarkan kosakata sederhana untuk buang air lebih dini (misalnya pipis, eek)
3. Bangunlah rutinitas ke kamar mandi setiap 2 jam sekali
4. Jangan setengah-setengah. Kalau sudah mulai, lepaskan pampers sepenuhnya termasuk saat malam hari
5. Gunakan perlak sebagai cadangan
6. Berikan pujian dan semangat di setiap keberhasilan si kecil
Perjalanan toilet training Ziyan benar-benar menjadikan pengalaman yang penuh warna. Ada tawa, ada lelah, ada haru, dan pastinya banyak pelajaran yang kami dapat sebagai orang tua. Kami belajar untuk lebih sabar, lebih konsisten, dan lebih peka terhadap kebutuhan anak. Ternyata, bukan cuma Ziyan yang belajar, tapi kami juga ikut tumbuh bersama dalam proses ini.
Setiap anak berbeda, dan tidak ada cara yang benar-benar sama untuk semua. Tapi satu hal yang pasti, ketika dilakukan dengan cinta dan kesabaran, hasilnya akan sangat membahagiakan.
Posting Komentar